Setelah kita meluahkan hati kita kepada Allah, setelah kita melepaskan segala yang terbuku di hati kita kepada Allah, kita terasa lega, kita rasa lapang, seolah-olah beban yang berat yang kita pikul selama ini terlepas.
Dosa adalah beban. Dan bila kita bertaubat kepada Allah, beban itu terlepas daripada kita. Itulah nikmat bertaubat. Firman Allah swt:
Bermaksud:
“segeralah mendapatkan keampunan tuhanmu, seluas langit dan bumi, ( saudara.. keamapuanan tuhan seluas langit dan bumi ) disediakan untuk orang-orang bertakwa. ( siapa orang-orang yang bertakwa itu ? orang yang bertakwa ialah, mereka yang membelanjakan hartanya di jalan Allah, orang yang menahan marah, orang yang memaaf. Dan Allah suka kepada orang-orang yang melakukan kebaikan.
(siapa pula orang yang melakukan kebaikan? Siapa pula golongan muhsinin? “ ialah mereka yang bila melakukan kesalahan,( bila melakukan dosa), mereka ingat kepada Allah. Bila mereka menzalimi diri mereka,( bila mereka menganiaya diri mereka dengan dosa-dosa), mereka segera ingat kepada Allah dan mereka mohon ampun kepada Allah.
“(kemudian Allah bertanya), siapakah yang mnengampunkan dosa selain Allah? ( Siapakah yang mengampunkan dosa selain Allah? Dan mereka tidak kekal dalam dosa, walhal mereka mengetahui.” ( Aali Imran 3:133-135)
Kesedihan akan hilang apabila kita telah mohon ampun kepada Allah SWT. Namun yang tinggal ialah keresahan, kerisauan, apakah kita boleh kekal dalam iman, apakah kita boleh kekal dalam islam dan apakah kita boleh kekal dalam melakukan amal-amal kebajikan?
Kita harus sedih, kita harus dukacita apabila kita tidak dapat mempertahankan keimanan kita. Lantas Rasulullah saw bersabda: “Di akhir zaman nanti ada orang yang akan beriman diwaktu pagi namun kufur diwaktu petang, dan ada orang yang beriman diwaktu petang dan kufur diwaktu pagi.
Tergamak kah kita untuk masuk golongan tersebut?
Kalau kita ingin bersedih, bersedihlah jika kita kehilangan iman. Iman itu mutiara. Ia amat berharga. Malah lebih lagi dari mutiara. Iman adalah hidup kita. Tanpa iman siapalah kita disisi Allah SWT? Tanpa iman, di mana letaknya kita sebagai hamba Allah? Berapa lama kita ingin hidup di dunia ini? Seratus tahun? 200 tahun ? atau 1000 tahun ? tidak mungkin!!
Kita datang dari Allah, kita akan kembali kepada Allah. Kullu nafsin zaa-iqatul maut.” Tiap yang bernyawa pasti akan mati.”
Dan apabila kita mati, apakah pula nasib kita bila bertemu dengan Allah SWT.?
Wal tanzur nafsun maa qaddamat li-qad, “setiap jiwa melihat apa persiapan untuk esok.” ( Al-Hasyr 59:18 )
Esok adalah hari kita bertemu dengan Allah. Esok apabila jasad kita diletak dalam liang lahad, yang tua, yang muda, serupa. Yang tua akan masuk ke dalam liang lahad, yang muda akan masuk ke dalam liang lahad. Tidak ada siapa yang kekal di dunia ini. Persiaplah!! Bekal untuk esok. Dan kita harus bersedih sekiranya bekal itu belum kita siapkan lagi.
Kita khuatir, dalam kita mengejar dunia ini, dalam kesibukan kita mengejar harta, pangkat, kamsyuran dan sebagainya-kenikmatan, keseronokkan dan apa pun yang dicari, kita lupa mempersiapkan bekal untuk berpindah kea lam barzakh. Apa nasib kita? A syaqiyun am sa’iid? Apakah kita derita atau gembira?
0 comments:
Post a Comment